Rabu, 30 Desember 2015

Prince of Thorns



Balas dendam, pengkhianatan, dan amoralitas - itulah yang saya dapat dari buku pertama The Broken Empire series ini.

Sebenarnya, titik awal balas dendam si tokoh utama sangat wajar (agak tipikal shonen manga, tapi sudahlah), sayangnya dia kemudian digambarkan jadi sama saja bejatnya dengan pelaku pembunuhan keluarganya, dan ayahnya yang tutup mata tentang insiden yang bersangkutan.

Saya bukannya anti novel keras, tapi sepertinya selaku tokoh utama, Jorg tak bisa mengulik simpati saya.
Dengan tema yang agak mirip, dan dunia yang sama kerasnya, saya lebih relate pada Taiga Kengo di GENEZ series.

Tapi, satu yang saya cukup puji dari buku ini adalah settingnya, yang ternyata bumi di masa depan.
Bukan alternate universe atau masa lalu.

Masalah berikutnya adalah... Mana buku keduanya, wooooiiii!!

Selasa, 08 Desember 2015

Shadow And Bone



Pertama-tama, saya mau bilang;
Peduli amat tentang Rusia-nya, deh.
Saya nggak mau sok tahu, karena pengetahuan saya tentang budaya Rusia sangatlah minim. Tentang nick-name yang amat-sangat-tidak-nyambung dalam budaya mereka pun termasuk pengetahuan baru yang saya dapat waktu mengedit sebuah buku non-fiksi setahun silam. Plus, ini toh settingnya fiksi, bukan alternate Rusia. Jadi, okelah. Kalaupun ini memang Rusia-wannabe-yang-gagal, saya nggak akan bawel tentang itu.
Toh saya sendiri biasanya juga nggak terlalu memikirkan yang semacam itu, kecuali weeabo-nya udah akut.

Tapi, sebagai yang suka kisah action dan punya ketertarikan khusus pada akademi berbau militer dalam fikfan, saya akan tegaskan satu hal;

AKADEMI GRISHA MENDINGAN GANTI STATUS JADI AKADEMI BORJU GAJE AJA!!!

Akademi militer?
Tapi anak baru, yang notabene bukan orang yang 'tumbuh' di medan perang atau wilayah konflik bisa langsung 'klik' di sana?
Tidak ada culture shock berat?
Tidak ada tumbang - duh, setidaknya 'teler' akibat pelajaran yang MESTINYA tidak lazim?
Tidak ada pelajaran bertarung, fisika sihir, sejarah hitam dalam hukum internasional dan sebagainya?
Senior gila martial arts?
Atau setidaknya orang yang doyan menjajal kemampuan anak baru??
Alih-alih semua itu, saya malah diberi...
PENATA RAMBUT?

Oke, MUNGKIN... Sepertinya, ini agak tercampur dengan akademi militer yang memang dikhususkan untuk keluarga kerajaan.

TAPI!!
Sekali lagi saya mau teriak,
APA GUNANYA BIKIN SETTING AKADEMI MILITER KALAU SEMUA ASPEK KEHIDUPAN SEKOLAH YANG DITAMPILKAN TIDAK ADA BAU MILITERNYA!?
SAMA SEKALI!! TIDAK!! ADA!! MILITER-MILITERNYA!!!

Akademi Militer?
Hah!
Iya, Akademi Militer yang sudah terkena Iikagen Kutabare Kick alias Tendangan Cepat Mampus Sana Luh!!!


Tentang plot...
Saya mesti akui, IDE AWAL tidaklah jelek.
Sayangnya, kurang kuat untuk sebuah fiksi fantasi - setidaknya bagi standar saya pribadi.
Saya tidak minta yang super kelam, atau sok njelimet, kok.
Tapi, kalaupun mau pakai trope yang sudah kental, saya akan lebih menghargai kalau tidak pasang trope cowok-kelam-dingin-misterius!!
Akhir kata, saya mau coba lihat buku selanjutnya.
Tapi saya nggak mau berharap banyak, deh...
Mode saya untuk serial ini sudah masuk ke 'Di Dunia Ini Tak Ada Harapan Versi: Akademi Militer'

Senin, 30 November 2015

Rahasia Hujan



Yandere parah, itulah gambaran singkat-jelas-padat tentang buku ini.

Lebih jelasnya, ini kisah tentang seorang cowok yang apes, karena ditaksir oleh cewek psikopat yang kemudian tergila-gila pada dirinya, dan kemudian membuat hidupnya jungkir-balik.

Tipikal thriller, yang sebenarnya tidak buruk. Cover memberi sedikit spoiler tentang bagaimana emosi kita bakal dikocok nantinya. Penulisannya juga rapih, enak dibaca, dan ketegangannya ada.

TAPI!!

1. Flow ceritanya bukan tipe favorit saya (yandere itu nggak baik buat kesehatan, serius)
2. Beberapa point SANGAT off buat saya. Terutama tentang penanganan PTSD si cowok setelah kasus.

Jadi intinya!!
Ini buku yang OK, tapi masih bisa lebih bagus lagi mestinya./

Rabu, 25 November 2015

Kodoku


Tujuh orang pria dan wanita terjebak di sebuah bangunan terbengkalai.
Ketujuhnya tidak saling kenal, dan hanya tahu mereka akan berada di sana selama tujuh hari lewat sebuah panel elektrik yang terpajang di salah satu ruangan.

Tema survival di bangunan tua sebenarnya tidak jelek, tapi novel ini membuat saya sakit kepala dengan sifat para karakternya yang semua minta ditonjok. Belum lagi alasan mereka terkurung di sana, serta 'simbolik' yang ditimpakan pada mereka.
Yeah, apa lagi kalau bukan 7 deadly sins.

Singkatnya, ketegangan cerita ini tidak jelek, tapi saya lebih merasa mual pada emosi para karakternya yang semua sakit jiwa alih-alih kesadisan situasinya.

Minggu, 01 November 2015

A Girl Who Loves A Ghost



Mungkin ini kedengaran (terlihat? terserah deh pilih yang mana) ngotot, tapi saya akan kembali bilang;

Cerita roman itu bukan ranah favorit saya, serius, deh.

Memang kadang ada yang perkecualian, tapi yang satu ini sayangnya tidak.

Buku ini sangat tepat sasaran.
ALIAS KADAR ROMANNYA AMAT SANGAT OVERLOAD BAGI KEPALA SAYA T__T

Memang ada nuansa suspensnya, tapi sejujurnya, sangat kurang!

Cuma, saya paham, bagaimanapun buku ini dimaksudkan fokus ke romannya. Dan itu dilakukan dengan baik. Yeah, terlalu baik, malah...

Buku ini berkisah tentang seorang mahasiswi biasa dan arwah cowok yang apes, dibunuh ketika berusaha membongkar penipuan yang akan menimpa perusahaan keluarganya.

Para antagonis di sini semuanya bangsat bin bajingan jadi saya sangat merasa cara mereka dapat ganjaran itu super kurang kejam, tapi sekali lagi, ini bukan buku yang menjual kekerasan, jadi OK, deh.

Sisi lain yang oke, penulisan rapih. Tokoh utama juga, terlepas banyak tsukkomi saya buat dia, karena cukup berguna, bolehlah. Apalagi buat cewek yang benernya nggak ada sejarah kekerasannya.
Si cowok? Dia kasihan, tapi sepanjang paruh awal cerita saya punya godaan gede untuk nonjok diaaa ^^;;;

Kesimpulan!

Pilihan bagus buat yang doyan roman poll.

Sabtu, 31 Oktober 2015

Castlevania: The Belmont Legacy



Pertama-tama, izinkan saya kasih peringatan dini.
Saya selalu super subjektif kalau bikin review.
Iya lah. Memang ada gitu orang pasang review di sini objektif 300%? Tapi sudahlah.
Intinya, saya bukan ahli Castlevania.
Main Symphony of The Night aja saya KO dengan sangat menyedihkan waktu Alucard jadi melempem gara-gara Death.

Saya lumayan berjaya waktu JUDGEMENT, karena itu game fighting. Sisanya?
HIDUP CHEAT!!

Yah, tapi jago nggak jago bukan berarti nggak boleh suka, kan?
Jadi, biar nggak terlalu nelangsa, saya ngikutin hampir semua media-mix Castlevania series.
Tapi waktu baca komik ini, saya jadi ingat kata-kata seorang reviewer dodol;

"WHAT WERE THEY THINKING!!??"

Yeah.

Komik ini, walau gambarnya nggak jelek, ceritanya bikin saya nangis karena kebangetan nyimpangnya!!

KALAU komik ini dibuat sebelum ada Castlevania: Lament of Innocence, yang rilis tahun 2003, mungkin saya nggak akan sekeki ini.

TAPI!

Ini udah jelas ada tentang Dracula itu siapa, dan kenapa klan Belmont punya seteru sama orang patah hati satu itu, kok ya malah diacak-acak lagi di sini!!

Kabarnya komik ini diangkat dari Castlevania: The Adventure. Oke, ngasih cerita lebih dalam buat sesuatu yang sesingkat game ybs itu nggak salah, tapi, plis, deh, mbok ya setidaknya sisakan gitu, canon dari cerita aslinya!

Ngasih nama Belmont, ngasih tragedi pernikahan (yaa, di Belmont yang tercatat pernikahan bahagia kayaknya cuma Ralph/Trevor dan Syphas sih, ya), ngasih Dracula dan Succubus, nggak menjadikan ini masuk ke universe Castlevaniaaaaaaaaaa!!!!

Oh...

Saya lupa sebut Vampire Killer, ya? Yeah, cambuk itu masuk, kok. BAGUSNYA. Kalau sampai itu lupa juga, kayaknya memang, komik ini layak masuk jajaran Lord of Darkness Series, yang jelas beda universe sama Castlevania klasik.

The best way to sum this up is to recite a very famous quote from William Shakespeare. "F*** it!"

Sabtu, 18 April 2015

Fujoshi Kanojo



Pertama kali saya membaca buku ini di kantor, saya harus menahan diri untuk tidak jatuh terguling dari kursi.

Biasanya saya kurang suka dengan true story, tapi yang satu ini perkecualian.

Pertama-tama, saya suka karena buku ini bukan melecehkan otaku atau fujoushi. Sebaliknya malah, di sini diperlihatkan betapa sulitnya orang biasa menjalani keseharian di tengah otaku, sukanya BL (Boys Love) pula. Mulai dari dibujuk menulis doujin novel BL Gundam benih, menampung komik-komik yang jelas-jelas bukan selera, sampai menonton siaran khusus Evangelion, di tengah maniaknya, tanpa punya bayangan sama sekali, film tentang apa itu.

Belum lagi 'keegoisan' dodol sang pacar, seperti mengirim paket game ero ke alamatnya karena Y-ko (si cewek) tidak mau ketahuan belanja barang-barang 'dewasa' begitu. Lalu tak lupa, event-event romantis yang kerap bubar-jalan mood-nya lantaran meta yang dilontarkan Y-ko (bagian yang membuat saya terharu banget pada kesabaran Pentabu).

Dan karena buku ini sebenarnya bisa dibilang copy-paste dari blog Pentabu (Si cowok yang pacarnya fujoushi ini), formatnya sederhana dan mudah dibaca.

Agak sayang, karena Pentabu mengakhiri blog-nya setelah buku kedua.
Tapi belakangan ini saya baru tahu kalau ternyata Pentabu dan Y-ko telah menikah, dan menilik tweet sang suami, tampaknya dia masih saya dipontang-pantingkan oleh hobi sang istri fujoshi.

Rabu, 25 Maret 2015

Ore Monogatari!!



Biasanya sebuah shojo-manga menampilkan cowok ganteng yang super keren.
Tapi tidak dalam kisah ini.

Gouda Takeo adalah cowok yang seperti gorila; tinggi besar, muka seram, dan sangat kuat.
Sepanjang 17 tahun hidupnya, Takeo tak pernah sukses menarik perhatian lawan jenis karena penampilannya. Bahkan 50% perbuatan baiknya yang dilakukan secara spontan semua jadi 'penghargaan' yang diterima oleh sahabat karibnya, Makoto (yang akrab dipanggil Suna oleh Takeo).

Tapi, Dewa memang maha adil.
Suatu hari, Takeo menolong seorang gadis di kereta. Walau setelahnya Takeo kena skors karena memukul orang, pertemuan ini membuka lembar baru dalam hidup Takeo; punya pacar.

Saya suka komik ini karena tidak ada tarik ulur yang kebangetan, yang kerap jadi penyakit komikus genre serupa.

Dan saya senang sekali karena untuk pertama kalinya dalam sekian tahun, ada karakter sahabat yang benar-benar loyal, dan tidak iri pada 'rezeki' tokoh utama.

Selasa, 06 Januari 2015

The Last: Naruto the Movie



Banyak yang kecewa dengan movie terakhir Naruto. Tapi beberapa suara mengatakan novelnya jauh lebih worth-it. Jadi? Saya pilih novelnya, tentu.
Dan memang, saya jadi paham kenapa ada yang marah-marah. Selain karena Naruto akhirnya memilih Hinata, para tokoh 'laku' benar-benar cuma setor muka di sini. Sasuke? Dia hanya muncul TIGA halaman. Kakashi juga, tak lebih dari 10 halaman porsinya. Para karakter keren lain? Lupakan saja.

Dari segi cerita, terlepas banyak aksi, tetap bukan fokus pada jurusbaru atau pertarungan. Buku ini tidak seperti Naruto manga, ini lebih seperti...
Star Wars Episode 2? Minus dialog bikin gubraks, tentunya (saya suka SW, tapi Anakin mendingan belajar ngerayu, deh).

Intinya, kalau mau melihat bagaimana Naruto akhirnya memilih Hinata, buku inilah jawabannya. Dan kesampingkan suara negatif yang ngotot alasan itu 'maksa', satu kata dari Sakura sudah menjelaskan 'alasan' itu. 

Saya terutama suka epilognya, yang memang sesuai untuk Last ini. 

Terima kasih atas 15 tahun yang panjang dan sering kali bosan, Kishimoto-Sensei!
Setidaknya saya nggak akan lupa, anda masih bisa bikin saya nangis membaca episode tertentu. Tapi plis, tepati janji, ya. Akhiri di sini semuanya.