Sabtu, 05 November 2016

SOUL CATCHER(S)



Bisa melihat 'hati' orang lain, itulah anugrah yang dimiliki Kamine Shouta. Tapi, baginya itu lebih seperti kutukan karena dia hanya bisa melihat, tidak lebih. Sejak kecil, tak ada yang percaya padanya, termasuk ayahnya sendiri. Sang ayah berakhir ditipu teman baiknya, padahal Kamine sudah memperingatkannya, karena dia melihat sendiri hati orang tersebut 'berbahaya'.

Suatu hari, tanpa sengaja Kamine mendengar permainan saxophone yang 'menggerakkan' hati orang lain. Pemandangan yang tak pernah dia lihat ini mendorongnya untuk berkenalan dengan Tokisaka Hibiki, pemain sax tersebut. Kamine penasaran kenapa hati Tokisaka yang mampu mengguncang orang lain seolah remuk redam karena suatu hal. Tokisaka mengakui, ada orang yang ingin dia gugah dengan musiknya, tapi tak kunjung membuahkan hasil. Kamine, yang untuk pertama kalinya merasakan kesempatan untuk memanfaatkan matanya dengan benar, membantu Tokisaka. Lewat pengalaman ini, Tokisaka menemukan jalan bagi Kamine; menjadi konduktor.

Walau awalnya enggan dan takut, kesungguhan Tokisaka yang menyebut dirinya 'teman' akhirnya membawa Kamine pada kelompok orkes tiup sekolah mereka. Perjalanan yang tidak mudah, karena para part leader yang masing-masing memendam masalah tidak lantas menerimanya. Tapi, Kamine yang sudah bosan menyerah memutuskan, dia takkan mundur dan akan menjadi konduktor yang diakui oleh kelompok orkes ini.

Komik ini memang tidak sedetail Nodame Cantabille dari segi pengetahuan musiknya, atau super menggugah seperti Piano Hutan. Tapi, penyampaiannya yang fantasi ini lebih cocok bagi saya. Humor-humor di dalamnya, seperti Tokisaka yang hatinya langsung jadi bapak-bapak picik begitu cemburu, atau para part leader yang gemar menggoda Kamine dan cewek yang diam-diam naksir padanya. Bukan sesuatu yang 'baru', tapi dikemas dengan sangat apik.