Minggu, 28 Februari 2016

Misteri Patung Garam



Terjadi kasus pembunuhan misterius, yang jelas-jelas dilakukan oleh orang sinting. Semua korban diawetkan oleh garam, dan diposekan sedemikian rupa, entah untuk tujuan apa. Kiri, penyelidik khusus yang ditunjuk oleh polisi melacak jejak sang pelaku, sambil menjalani kehidupannya yang jadi agak gaduh setelah memungut seorang anak jalanan. Untung bagi Kiri, kekasihnya tidak memprotes ulah Kiri yang seperti memungut kucing liar ini.

Salah satu poin plus buku ini adalah nyaris tak ada karakter yang jadi sekedar pajangan belaka. Misteri yang disajikan juga oke, dalam artian tidak murahan, dan alasan si pelaku... Yah, saya hanya akan bilang, namanya juga orang sinting.

Satu-satunya keluhan saya hanyalah endingnya, yang terlalu mengindikasikan sekuel, padahal saya pribadi menganggap ini sebaiknya sudah cukup sampai sini.

Tentu saja, kalau pengarang merilis kisah baru dengan tokoh utama yang sama, pasti saya baca.

Selasa, 16 Februari 2016

PSYCHO-PASS Zero / Namae no Nai Kaibutsu



Bersetting tiga tahun sebelum Akane Tsunemori (tokoh utama di series) bergabung ke Divisi 1.
Kougami Shinya kerap dipusingkan oleh Sasayama Mitsuru, Enforcer bawahannya. Sasayama tidak membenci Kougami, tapi seringkali mereka cekcok karena Kougami terlalu 'polos', sedangkan Sasayama telah terbiasa merasakan dan melihat kegelapan hati manusia.

Suatu hari, Sasayama bertemu seorang gadis berkeliaran di distrik Oushima, yang dikenal sebagai wilayah tak bertuan dan rawan kejahatan. Touko, gadis itu tengah mengejar (baca; stalking) guru sekolahnya, Touma Kozaburo, yang diam-diam ditaksirnya. Sasayama yang baru saja kehilangan adik perempuan merasakan kemiripan Touko dengan adiknya, sehingga tak bisa membiarkannya.

Dalam pertemuan kedua mereka, kembali di distrik Oushima, keduanya menjadi cukup akrab. Terutama setelah Sasayama memuji dan mengajarkan Touko cara memotret yang benar.
Sementara itu, kota tengah dihantui kasus pembunuhan sadis dimana mayat korban dijadikan spesimen dan dipajang di tempat umum. Divisi 1 tidak dapat jatah, tapi Sasayama yang mencurigai Touma - dan mencemaskan Touko karenanya berusaha menyelidiki kasus tersebut diam-diam.

Walaupun bukan ditulis oleh Fukami Makoto, novel ini tidak kalah menarik dengan seri utamanya. Bahkan saya bilang, Namae no Nai Kaibutsu ini lebih unggul karena menampilkan kekerasan yang tidak ditutup-tutupi sewaktu Touma membunuh korban ketiganya dengan menggunakan bolpoin.

Dan tentu saja, bagian favorit saya; serpis kipas angin yang menampilkan Yayoi di ruang kerja Shion.

Kalaupun ada keluhan, hanyalah ending yang sangat pahit, tapi bisa saya terima karena tidak terkesan 'kejar setoran'. Bagaimanapun, akhir itu sesuatu yang sudah pasti, sepasti nasib para Gold Saint di Saint Seiya Lost Canvas.

Rabu, 10 Februari 2016

Tokyo Babylon



Sisi kelam dunia model, itulah premis yang saya tangkap dari kisah ini.

Fukuyama Otone adalah model yang sedang naik daun, dan dipuja banyak orang.
Sayang, sifat Otone jauh dari sempurna. Bahkan kekasih yang selalu setia mendampinginya dianggap tak lebih dari kacung semata.

Karma menghampiri Otone lebih cepat dari yang dibayangkan. Masa kejayaan Otone memudar dengan naiknya seorang pendatang baru, yang bahkan merebut kekasihnya.

KALAU ini masih tahun 90-an, plot-nya mungkin mengarah ke bagaimana Otone memulai kembali dari bawah dengan mental yang lebih baik.

Sayangnya, novel ini seolah tidak mengedepankan pola pikir 'manusia bisa berubah' dalam artian positif.

Tapi saya harus memberi acungan jempol untuk plot-device tentang kekasih Otone, serta ending buku ini.