Sabtu, 18 April 2015

Fujoshi Kanojo



Pertama kali saya membaca buku ini di kantor, saya harus menahan diri untuk tidak jatuh terguling dari kursi.

Biasanya saya kurang suka dengan true story, tapi yang satu ini perkecualian.

Pertama-tama, saya suka karena buku ini bukan melecehkan otaku atau fujoushi. Sebaliknya malah, di sini diperlihatkan betapa sulitnya orang biasa menjalani keseharian di tengah otaku, sukanya BL (Boys Love) pula. Mulai dari dibujuk menulis doujin novel BL Gundam benih, menampung komik-komik yang jelas-jelas bukan selera, sampai menonton siaran khusus Evangelion, di tengah maniaknya, tanpa punya bayangan sama sekali, film tentang apa itu.

Belum lagi 'keegoisan' dodol sang pacar, seperti mengirim paket game ero ke alamatnya karena Y-ko (si cewek) tidak mau ketahuan belanja barang-barang 'dewasa' begitu. Lalu tak lupa, event-event romantis yang kerap bubar-jalan mood-nya lantaran meta yang dilontarkan Y-ko (bagian yang membuat saya terharu banget pada kesabaran Pentabu).

Dan karena buku ini sebenarnya bisa dibilang copy-paste dari blog Pentabu (Si cowok yang pacarnya fujoushi ini), formatnya sederhana dan mudah dibaca.

Agak sayang, karena Pentabu mengakhiri blog-nya setelah buku kedua.
Tapi belakangan ini saya baru tahu kalau ternyata Pentabu dan Y-ko telah menikah, dan menilik tweet sang suami, tampaknya dia masih saya dipontang-pantingkan oleh hobi sang istri fujoshi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar